Suku Chambri di Papua Nugini dijuluki manusia buaya (Daniel NADLER/Youtube)
Wewak - Di Papua Nugini ada Suku Chambri yg unik dan dijuluki traveler sebagai Manusia Buaya. Kulit mereka disayat membentuk sisik buaya, utk menandakan kedewasaan dan penghormatan pada buaya sebagai leluhurnya.
Sama seperti suku-suku di Papua (karena masih satu daratan),Papua Nugini mempunyai banyak suku dengan tradisi yg aneh nan unik. Beberapa tradisinya mungkin terlihat menyakitkan, tapi tidak buat mereka yg melakukannya turun temurun.
Dirangkum detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (23/6/2016) salah satu suku di Papua Nugini yg mempunyai tradisi khas adalah Suku Chambri. Mereka mendiami daratan di sekitar Danau Chambri, Provinsi Sepik. Dilihat dari peta, posisinya ada di utara Papua Nugini yg bisa ditempuh naik pesawat selama 2 jam dari ibukota negara Papua Nugini, Port Moresby.
Suku Chambri mirip seperti suku-suku di Papua (Planet Doc Full Documentaries/Youtube)
Tinggal di pinggiran danau dan sungai (Planet Doc Full Documentaries/Youtube)
Suku Chambri hidup sehari-hari sebagai pemburu binatang seperti babi dan juga memancing ikan bagi yg pria, serta berkebun bagi yg wanita. Kehidupan mereka masih sangat sederhana, listrik saja belum masuk ke pemukimannya.
Lalu,apa tradisi khas Suku Chambri? Tradisi khas sukunya dilakukan hanya oleh para pria. Tradisi berupa menyayat badan dan membentuk kulit di badannya menjadi mirip sisik buaya yg menonjol-nonjol!
Ceritanya begini, di sekitar tempat tinggal Suku Chambri di Danau Chambri dan Sungai Sepik masih banyak buaya yg hidup. Ada dua jenisnya, buaya Papua Nugini dan buaya muara. Ukurannya besar-besar, dari 4 sampai 7 meter!
Bagi Suku Chambri, buaya merupakan hewan yg sangat diagungkan. Sebab mereka percaya, leluhur mereka dulunya adalah buaya yg semacam berevolusi ke daratan dan berubah menjadi manusia. Mereka juga menjaga kehidupan buaya dan tidak memburunya.
Tradisi menyayat badan dan membentuk kulit di badan menjadi mirip sisik buaya, sudah dilakukan sejak zaman dulu. Tradisi ini merupakan suatu tanda seorang pria menjadi dewasa. Biasanya dilakukan dari mulai 11 tahun hingga 25 tahun.
Yg menyayatnya, adalah kepala suku. Mereka yg disayat pun harus menahan rasa sakit, kala pisau mencabik-cabik kulit mereka. Kabarnya, tak sedikit juga ada yg meninggal karena kehabisan darah dan tidak tahan dengan rasa sakitnya.
Menyayatnya juga tidak sembarangan menyayat. Ada ritual tarian dan doa-doa sebelum kepala suku mengambil pisau dan melakukan tugasnya. Sebab tradisi ini pun masih dianggap luhur.
Persiapan tari-trian sebelum penyayatan (Planet Doc Full Documentaries/Youtube)
Proses saat kulit disayat (Planet Doc Full Documentaries/Youtube)
Arti dari tradisi ini ada tiga. Pertama, sebagai wujud penghormatan kepada leluhur Suku Chambri yg dipercaya adalah buaya. Kedua, tradisi ini menandakan kedewasaan seorang pria. Ketiga, tradisi ini dipercaya akan membuat para pria menjadi orang yg kuat karena bisa melewati rasa sakitnya.
Seluruh pria Suku Chambri mempunyai bekas sayatan dan terlihat seperti sisik buaya. Mereka juga dengan bangga, memamerkan bekas sayatannya. Asyiknya, Suku Chambri sudah terbuka dan terbiasa dengan kedatangan turis.
Beberapa operator tur yg menawarkan paket perjalanan ke Danau Chambri sekaligus bertemu Suku Chambri seperti Sepik River Canoe Adventure Tours, North Star Cruises Australia dan Mapex Travel Tours. Turis akan diajak melihat kehidupan Suku Chambri dari dekat, para wanitanya juga bakal menghibur dengan tarian.
Tentu saja, Anda yg ikut turnya juga bisa bertemu para pria Suku Chambri, Si Manusia Buaya.
0 comments:
Posting Komentar